CARA ANAK BERKOMUNIKASI

Senin, 02 Desember 2013

Anak-anak belajar menggunakan bahasa untuk berbagai keperluan, seperti untuk  mencari dan memberikan informasi, mengungkapkan perasaan dan tanggapan, menganalisa serta memecahkan permasalahan.

Pandangan Pappas, Kiefer dan Levstik mengemukakan 3 prinsip yang melandasi pembelajaran bahasa komunikasi dan interaksi, yaitu:

Pertama, anak-anak adalah pembelajar yang aktif dan konstruktif. Mereka itu terus menerus menafsirkan dan memaknai dunianya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui. 
Kedua, dalam kehidupan sosial, bahasa merupakan sistem utama untuk mengkomunikasikan dan mengungkapkan berbagai maksud, yang digunakan untuk berbagai tujuan, dan dinyatakan dengan berbagai cara, dengan menggunakan berbagai pola. 

Ketiga,  pengetahuan tersimpan di dalam benak atau pikiran setiap individu anak. Pengetahuan ini merupakan suatu kebulatan yang diorganisasikan dan dibangun melalui interaksi sosial.  Dengan demikian, pengetahuan itu terus menerus bertambah dan berubah, dipengaruhi oleh budaya, kondisi lingkungan, serta peristiwa-peristiwa yang dialami oleh anak. Dan interaksi yang terjadi antara individu anak dengan lingkungannya itu berlangsung secara efektif melalui percakapan atau kegiatan bercakap-cakap.

Sedangkan struktur pengetahuan yang diperoleh anak melalui interaksi dan kolaborasi disebut skemata. Skemata tersebut terus menerus berubah dan berkembang, makin lama makin luas dan rumit, membentuk peta semantik sebagai bagian fungsi mental anak dan merupakan sarana untuk memahami sesuatu.

Contoh: Pendidik mengenalkan buah terung melalui kegiatan  “bercakap-cakap”--(interaksi) Buah ini bentuknya bulat lonjong, warnanya ungu, namanya terung. (kolaborasi).

Mengenai fungsi mental di atas, seperti juga Piaget, Vigotsky percaya bahwa fungsi mental pada anak berkembang melalui interaksi sosial dengan lingkungannya. Dalam hal ini bahasa khususnya percakapan, merupakan sarana interaksi yang sangat penting.

Dari uraian tersebut, akan sangat mudah dipahami bahwa upaya pengembangan keterampilan berbahasa akan lebih mudah terjadi bila berlangsung sesuai dengan struktur pengetahuan anak. Ini berarti bahwa belajar bahasa akan lebih bermanfaat dan berhasil bila bahasa itu disajikan secara utuh mengenai suatu hal yang bermakna, sesuai dengan pemakaiannya, dalam konteks sosial budaya lingkungan anak.

Pandangan ini sesuai dengan pandangan bahwa bahasa holistik (whole language) yang merupakan falsafah dan keyakinan tentang hakikat belajar dan bagaimana anak dapat belajar secara optimal (Weafer, 1990).

Pandangan yang berkembang sejak pertengahan tahun 80-an ini ditopang oleh empat landasan dasar, yaitu : teori belajar, teori kebahasaan, pandangan tentang pembelajaran dan peranan pendidik, dan pandangan kurikulum berdasarkan bahasa (language-centered curriculum).

Sumber : disarikan dari berbagai sumbe.



22.06.00

0 komentar: