ANAK KUCING DI ATAS PELAPON

Selasa, 18 Februari 2014

Cerita nyata ini menjadi topik perdebatan seru dan menarik setiap kali saya ceritakan disela-sela memberikan materi di pelatihan guru dan pendidik PAUD. Cerita ini mengilustrasikan gambaran tentang bagaimana asal muasal anak yang nakal, dan perilaku kasar anak terhadap orang lain di sekolah. Anak-anak nakal ini terutama adalah anak-anak dari lingkungan keluarga yang tinggal di daerah kumuh, perumahan rapat dengan latar belakang masyarakat yang berpendidikan rendah.

Saya beri saja judul ceritanya "Kucing di atas Pelapon".

Ceritanya : Kucing betina milik anak saya yang sudah beberapa bulan ini terlihat hamil, sudah melahirkan, perutnya sudah terlihat mengecil, tapi semula kami bingung karena anaknya yang dilahirkan tidak terlihat dimanapun. Hingga akhirnya anak saya menemukannya di belakang lemari buku. Ada 4 ekor anak kucing yang lucu-lucu, 2 ekor terlihat cantik seperti ibunya mempunyai  belang 3 warna, yang membuat kami lebih kegirangan keduanya ternyata berkelamin jantan, menurut orang-orang jika mempunyai kucing jantan belang tiga akan memberikan keberuntungan alias hoki pada pemilik rumah.. katanya...entah betul atau tidak?.

Kamipun memindahkan kucing-kucing kecil itu keruang tengah, kami buatkan kandang dari kardus bekas. Semula kucing-kucing itu terlihat nyaman di sana hingga besoknya kami jadi kaget kucing-kucing kecil itu beserta induknya tidak ada lagi dikandangnya. Kami menemukannya kembali di belakang lemari buku, si induk terlihat tegang dan terengah-engah seperti takut dengan sesuatu, ini terlihat juga dari tatapannya yang penuh curiga dan waspada kepada kami. Saya berfikir rupanya kucing-kucing ini tidak mau dipindahkan dari daerah rak buku ini, mungkin di sini lebih nyaman bagi mereka, akhirnya kandang yang kami buat, kami pindahkan ke situ.

Ketika esok harinya kami semua sangat terkejut! terutama anak saya sedih sekali mendapati dua ekor anak kucing yang belang tiga mati, badannya penuh berlumuran darah, bahkan yang satunya sangat menggenaskan mati dengan kepala hampir putus. Sementara induk dan dua ekor anaknya yang lain tidak terlihat dimanapun. Kami sudah mencari sekeliling rumah tapi tidak kami temukan. 

Kembali ke TKP..(eh kaya kejadian kriminalitas aja..hehe...) setelah kami selidiki kematian korban rupanya akibat perbuatan dari kucing jantan milik tetangga di depan komplek, dari data dan analisis lapangan di temukan memang sudah jadi kebiasaan dan hukum alam, kalo kucing jantan belang tiga yang lahir jarang yang dapat bertahan hidup lama, karena pasti kucing jantan besar akan memburunya untuk dibunuh, menurut pengalaman orang-orang tua katanya kalo kucing jantan belang tiga sudah dewasa ia akan menjadi peguasa daerahnya, kegagahan dan ketampanannya akan memikat semua kucing betina, dan kekuatannya akan mampu mengusir kucing jantan lain, pokoknya ia akan menjadi raja segala raja kucing.... karena itulah kucing-kucing dewasa menjadi resah dan takut sehingga berusaha membunuhnya ketika kucing itu masih kecil...itulah hukum rimba rupanya.

Sejak kejadian pembunuhan, kami sudah kehilangan kucing betina dan dua ekor anaknya yang tersisa, sudah kami cari kemana-mana tidak ditemukan, akhirnya kami berkesimpulan kucing betina ini pasti pergi jauh membawa anaknya ketempat yang lebih aman. Hingga suatu hari setelah hampir dua minggu sejak kejadian saya mendengar ada suara yang aneh di atas pelapon rumah kami. Ketika saya periksa di situ ada seekor anak kucing berwarna kuning, dalam posisi yang gelap dan sempit dipelapon ia menatap saya dengan tajam, perlahan saya dekati dan saya raih untuk mengambil membawanya turun. Tapi sungguh tidak diduga kucing itu melakukan perlawanan, ia seperti siap menerkam, mencakar dengan mulut yang tebuka lebar, suara dari mulutnya terdengar mendesis terasa menakutkan. 

Saya berkesimpulan selama dua minggu di atas pelapon, mulai sejak kucing ini masih kecil, dia harus berjuang untuk mempertahankan dirinya sendiri dari sesuatu, mungkin dari tikus-tikus besar yang sering terdengar berlari lewat di atas pelapon rumah kami itu.

Dengan handuk kecil barulah saya bisa menangkap anak kucing itu, membawanya turun dan memasukannya kedalam kotak yang sudah disediakan. Di bawah kami memeliharanya, tiga hari pertama kucing itu masih telihat ganas dan liar, tidak bisa disentuh sedikitpun, induknya tiba-tiba juga datang, dengan perlahan kami melakukan pendekatan, membiasakan mengelus kepalanya dan memegang badannya, hingga pada hari ke delapan barulah kucing kecil tersebut terlihat jinak dan mau digedong oleh anak saya.

Dari cerita pengalaman di atas, bisa bunda simpulkan sendiri, mengapa anak-anak kita di sekolah ada yang bersikap liar susah diatur, memang perlu waktu dan kesabaran secara perlahan untuk membantu mereka untuk berubah...

...children are fireflies in the dark night....

Dari Postingan original by asolihinskb  - http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/, terimakasih sudah berkunjung.



02.06.00

0 komentar: