METODE MONTESSORI

Kamis, 13 Februari 2014

Maria Montessori dan metode
Banyak para guru dan pendidik sekarang yang kurang memahami bahwa beberapa metode yang sedang berkembang sekarang adalah metode yang sudah lama diterapkan, pada kenyataan metode-metode yang ada dewasa ini, merupakan pengembangan dari metode pendidikan yang dikembangkan dari teori-teori pendidikan dan perkembangan anak para ahli jaman dulu. Salah satu teori tersebut adalah teori dari Metode Montessori.  Metode Montessori adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.
Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan  klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya  penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik  dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan  peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.

Walaupun banyak sekolah-sekolah yang menggunakan nama "Montessori," kata itu sendiri bukan  merupakan merk dagang, juga tidak dihubungkan dengan organisasi tertentu saja.


Sejarah Metode Montessori

Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap  perkembangan intelektual anak yang mengalami keterbelakangan mental. Dengan berdasar hasil kerja  dokter Perancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu  lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan  mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan  dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata.

Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan  di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi  anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa  dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah  mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu.  Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori.

Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada  anak yang baru masuk SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan  pendekatannya terhadap anak usia SD.

Menjelang ahir hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa  Remaja), Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi  pendidikan jenjang menengah dan tinggi.

Dalam perkembangannya, metode Montessori ini banyak diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun akhirnya ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah yang dilakukan dengan penyesuaian perkembangan anak usia dewasa.

Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut “direktur” atau “pembimbing”). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktek. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.

Menurut Montessori, paling tidak ada beberapa tahap perkembangan sebagai berikut:
*Sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
*Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).
*Masa usia 2 – 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam).
*Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadilah kepekaan untuk peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada usia sekitar 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4 – 6 tahun memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.

Implikasi Metode Montessori di Taman Kanak-Kanak


Anak taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok umum prasekolah. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering mengulangi perbuatan yang diminatinya dan melakukan secara wajar tanpa rasa malu. Di taman kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.

Sehubungan dengan ciri-ciri di atas maka tugas dalam tahapan perkembangan yang harus diemban anak-anak adalah:
  1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
  2. Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
  3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya
  4. Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan
  5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari
  6. Mengembangkan hati nurani, penghayatan moral dan sopan santun
  7. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung
  8. Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri.

Montessori memberikan gambaran peran guru dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kecerdasan, sebagai berikut:
a. 80 % aktifitas bebas dan 20 % aktifitas yanag diarahkan guru
b. melakukan berbagai tugas yang mendorong anak untuk memikirkan tentang hubungan dengan orang lain
c. menawarkan kesempatran untuk menjalin hubungan social melalui interaksi yang bebas
d. dalil-dalil ditemukan sendiri, tidak disajikan oleh guru
e. atauran pengucapan didapat melalui pengenalan pola, bukan dengan hafalan
setiap aspek kurikulum melibatkan pemikiran

Montessori, mengatakan bahwa pada usia 3-5 tahun, anak-anak dapat diajari menulis, membaca, dikte dengan belajar mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis dan membaca.

Usia Tahapan Perkembangan Menurut Mintessori


Peran Guru dalam Metode Montessori

Pada masa usia 2 – 6 tahun, anak sangat senang kalau diberikan kesempatan untuk menentukan keinginannya sendiri, karena mereka sedang membutuhkan kemerdekaan dan perhatian. Pada masa ini juga mencul rasa ingin tahu yang besar dan menuntut pemenuhannya. Mereka terdorong untuk belajar hal-hal yang baru dan sangat suka bertanya dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu. Guru dan orang tua hendaknya memberikan jawaban yang wajar. Sampai pada usia ini, anak-anak masih suka meniru segala sesuatu yang dilakukan orang tuanya.

Perlu diingat juga bahwa minat anak pada sesuatu itu tidak berlangsung lama, karena itu guru dan orang tua harus pandai menciptakan kegiatan yang bervariasi dan tidak menerapkan disiplin kaku dengan rutinitas yang membosankan. Anak pada masa ini juga akan berkembang kecerdasannya dengan cepat kalau diberi penghargaan dan pujian yang disertai kasih sayang, dengan tetap memberikan pengertian kalau mereka melakukan kesalahan atau kegagalan. Dengan kasih sayang yang diterima, anak-anak akan berkembang emosi dan intelektualnya, yang penting adalah pemberian pujian dan penghargaan secara wajar.

Untuk memfasilatasi tingkat perkembangan fisik anak, pada taman kanak-kanak perlu dibuat adanya arena bermain yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat keterampilan lainnya, karena pada usia 2- 6 tahun tingkat perkembangan fisik anak berkembang sangat cepat, dan pada umur tersebut anak-anak perlu dikenalkan dengan fasilitas dan alat-alat untuk bermain, guna lebih memacu perkembangan fisik sekaligus perkembangan psikis anak terutama untuk kecerdasan.

Demikian sekelumit tentang metode Montessori, sejarah dan perkembangannya, semoga bermanfaat untuk  para orang tua, guru dan pendidik PAUD sekalian. terimakasih.

Sumber: Disarikan dari berbagai sumber!!

referensi: Buku Metode Montessori (Panduan wajib untuk guru dan Orang tua didik PAUD).  Penerbit Citra 
               Pendidikan  Tahun 2011.



13.01.00

0 komentar: