TUNJANGAN SABUN UNTUK GURU PENDIDIK PAUD

Kamis, 27 Februari 2014

Seperti hari-hari biasa, kemarin saya bertemu lagi pendidik TK PAUD, tapi hari ini pengamatan saya kok berbeda dari biasanya, mungkin juga sudut pandang yang terjadi agak berbeda juga dari materi pelatihan yang sering saya berikan tentang penampilan guru pendidik PAUD yang baik. Dalam materi saya sering menyampaikan dan menekankan kepada para guru pendidik TK PAUD bahwa mereka adalah model bagi anak dalam hal penampilan terutama dari segi cara berpakaian. Jadi mereka harus selalu berpakaian rapi dan bersih agar anak-anak meniru kerapian dan kebersihan ini.


Tapi hari ini kok?...sudut pandang saya benar-benar berubah, ketika bertemu dengan bunda Niya guru pendidik KB yang agak lain dari biasanya, ia terlihat agak tersipu-sipu malu ketika melihat kedatangan saya di TKnya, semula saya tidak begitu memperhatikan sikap bunda ini, karena saya sudah terbiasa bertemu orang yang tersipu-sipu jika bertemu saya yang ganteng ini (...hihihi..pede..!!), tapi akhirnya saya penasaran juga dengan bunda Niya dan saya tanya aja apa khabarnya?...  tapi yang ditanya langsung mengasih jawaban yang beda: 
"Maaf pak hari ini saya tidak rapi dan bersih." Kata bunda terlihat masih tersipu-sipu.
"Lo memangnya kenapa bu?." tanya saya sambil mengamati apa gerangan ketidak rapian yang dibilang bunda ini. Selain jilbab yang agak miring sedikit saya tidak menemukan hal yang ganjil lainnya. Hingga bunda berkata:
"Tadi Noval sama Iqbal anak KB, makan coklat, tangan mereka kotor' langsung memeluk saya". kata bunda sambil menunjukan bagian lengan bajunya yang terlihat kotor sekali.

Oh.. saya baru paham, apalagi ketika melihat warna coklat di sana sini di baju dinas dan jilbab bunda Niya yang penuh noda bekas coklat dari tangan anak-anak. Saya tersenyum dan bilang "Itu malah bagus Bunda.".

Sebelum bunda bertanya kenapa saya bilang bagus, saya sudah sambung jawaban dengan penjelasan yang intinya mengatakan bahwa bunda Niya adalah guru pendidik yang sebenar-benarnya guru pendidik sejati, dia telah berkorban untuk mengasuh dan mendidik anak-anak harapan bangsa ini dengan ketulusan cinta, ini terbukti anak-anak begitu menyayangi dan mencintai bunda hingga merasa begitu dekat sampai-sampai memeluk bunda dengan tidak sungan-sungkan lagi.

Mendengar penjelasan saya itu bunda Niya terlihat mengangguk-aguk tersenyum senang, matanya terlihat berbinar-binar, tidak lagi malu seperti awal bertemu. ada rona semangat diwajahnya. Hingga ia permisi untuk menemui anak-anak lagi, tinggal saya sendiri yang merenungi kejadian ini. Dalam benak saya terlintas kembali pikiran bahwa ternyata begitu berat menjadi guru pendidik PAUD yang sesungguhnya, penuh perjuangan dan pengorbanan. Seperti bunda Niya tadi, ia adalah guru pendidik PAUD disalah satu lembaga PAUD kecil, dengan gaji sebulannya seratus ribu rupiah, sangat tidaklah mencukupi walau cuma untuk membiaya kuliahnya saja. Belum lagi untuk biaya hidup dan transfort pergi kelembaga tentu sangat membebani mereka.

Saya terpikir alangkah baiknya jika seandainya ibu guru pendidik PAUD seperti bunda Niya diberikan tunjangan "sabun cuci" untuk sekedar meringankan ongkos dan beban mereka karena harus mencuci pakaian yang kotor, saat begitu bersemangat mengajar dan mendidik di lembaga-lembaga PAUD ini.

Tapi saya pribadi untuk sementara ini hanya bisa mendo'akan dan mengatakan agar para bunda di lembaga-lembaga PAUD berusaha untuk tetap semangat. It ain’t over until the fat lady sings. Begitulah peribahasanya. 

Tetap semangat ya bunda..terima kasih banyak yang tak terhingga atas segala pengorbanannya... salam anak Indonesia.      

Dari : http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/, terimakasih sudah berkunjung, salam anak  Indonesia.



01.01.00

0 komentar: