Parenting-class |
Setiap anak membutuhkan pengembangan anak usia dini yang efektif untuk keberhasilannya, tetapi anak-anak yang kurang beruntung yang mungkin paling sulit untuk mendapatkannya.
Heckman telah membuktikan bahwa investasi bahwa investasi dalam pengembangan anak usia dini bagi anak-anak yang kurang beruntung akan menghasilkan manfaat besar bagi individu dan masyarakat dengan memperoleh pendidikan yang lebih baik, kesehatan, dampak hasil ekonomi dan sosial, tidak hanya menghemat uang pembayar pajak, tetapi meningkatkan produktivitas ekonomi bangsa. Semua orang memperoleh manfaat ketika negara berinvestasi, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya alam dan manusia.
Isi Kurikulum Pendidikan Keluarga terdiri dari tiga tingkat informasi :
1. Dimensi :
a. Pembinaan Orang Tua
b. Hubungan Orang tua dan anak
c. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
d. Pembinaan Keluarga
e. Masyarakat dan Budaya
2. Materi
a. Area pembelajaran pada masing-masing dimensi
b. Kadungan pembelajaran yang lebih sepesifik pada masing-masing area pembelajaran
3. Indikator
KURIKULUM PENDIDIKAN KELUARGA
DOWNLOAD SURAT EDARAN DIRJEN PAUD-DIKMAS NO. 2519/C.C2.1/DU/2015
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Menurut Heinich, Molenda, dan Russell (1993) media adalah saluran komunikasi.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat, serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi . Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini semakin penting mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa berfikir konkrit.
Oleh karena itu salah satu prinsip pendidikan untuk anak usia dini harus berdasarkan realita, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata. Dengan demikian dalam pendidikan untuk anak usia dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkrit. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai saluran penyampai pesan-pesan pendidikan untuk anak usia dini. Seorang guru pada saat menyajikan informasi kepada anak usia dini harus menggunakan media agar informasi tersebut dapat diterima atau diserap anak dengan baik dan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan-kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.
Dari banyak pengertian tentang media pembelajaran, dapat kita ketahui bahwa ternyata yang disebut dengan media pembelajaran itu selalu terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (messege/software).
B. Manfaat Media Pembelajaran
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran yaitu:
- Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas, menarik, kongkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
- Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
- Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
- Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
- Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
- Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
- Memberikan perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.
C. Prinsip Pembuatan Media Pembelajaran
Dalam pembuatan media pembelajaran ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multi guna. Multiguna di sini maksudnya adalah bahwa media tersebut dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek perkembangan anak. Contoh media pembelajaran tersebut adalah alat permainan dalam bentuk bola tangan. Bola tangan dapat digunakan untuk pengembangan motorik anak dengan cara anak menggunakannya untuk saling melemparkan bola tersebut. Selain untuk perkembangan motorik alat permainan tersebut bisa dikembangkan untuk pengembangan aspek kognitif/pengetahuan anak. Misalnya bola tersebut dirancang dengan menggunakan berbagai warna. Aspek perkembangan lain yang dapat dikembangkan melalui alat permainan tersebut adalah anak dapat mengenal berbagai macam bunyi-bunyian, dan lain-lain.
Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga PAUD dan murah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa. Membuat media pembelajaran sebenarnya tidak harus selalu dengan biaya yang mahal. Banyak sekali bahan-bahan disekitar kita yang dapat digunakan untuk membuatnya. Sebagai contoh bekas bungkus susu bubuk dapat kita gunakan untuk membuat kapal-kapalan. Keuntungan dengan menggunakan bahan-bahan bekas selain bahan tersebut tidak kita buang, ada nilai pendidikan yang kita tanamkan kepada anak yang anak dilatih untuk bersikap hidup sederhana dan kreatif.
Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. Aspek keselamatan anak merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru sebagai pembuat media pembelajaran . Bahan-bahan tertentu yang mengandung bahan kimia yang berbahaya perlu dihindari oleh guru. Misalnya penggunaan jenis cat yang digunakan untuk mewarnai alat permainan tertentu sebaiknya yang tidak membahayakan mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi anak.
Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga menambah kesenangan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi. Alat permainan konstruktif seperti balok-balok kayu merupakan salah satu contoh alat permainan yang cukup menarik dan menantang anak untuk berkreasi.
Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. Tiap media pembelajaran itu sudah memiliki fungsi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Guru harus menjadikan tujuan dan fungsi sarana ini sebagai bagian yang penting untuk diperhatikan
Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal. Media pembelajaran yang dirancang harus memungkinkan anak untuk menggunakannya baik secara individual, digunakan dalam kelompok atau secara klasikal.
Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Tingkat perkembangan anak yang berbeda berpengaruh terhadap jenis permainan yang akan dibuat oleh guru. Sebagai contoh puzel (kepingan gambar). Tingkat kesulitan dan jumlah kepingan gambar yang harus disusun oleh anak akan berbeda antara kelompok usia satu dengan kelompok usia lainnya.
D. Pengembangan Media Pembelajaran
Saat ini memang sudah banyak media pembelajaran yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang secara khusus memproduksi media pembelajaran, namun demikian tidak ada salahnya jika guru dapat membuat media pembelajaran sendiri. Malah sangat dianjurlan guru untuk secara kreatif membuat media pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan sekitarnya.
Kemampuan lain yang harus dikuasai oleh guru selain mampu memilih media pembelajaran secara tepat adalah kemampuan dalam mengembangkan media pembelajaran. Kegiatan pengembangan ini banyak terkait dengan proses pembuatan media yang dilakukan secara sistematis dari mulai tahap perancangan/desain, produksi media, dan evaluasi. Tahapan-tahapan tersebut harus dilalui secara prosedural sehingga media yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan.
Bila kita akan membuat suatu media pembelajaran untuk anak usia dini, maka diharapkan dapat melakukannya dengan persiapan dan perencanaan yang teliti. Secara umum langkah-langkah sistematik yang perlu dilakukan pada saat membuat rancangan media adalah sebagai berikut:
a) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
b) Merumuskan tujuan instruksional dengan operasional dan khas
c) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
d) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
e) Membuat desain media
f) Melakukan revisi.
Untuk pembuatan media pembelajaran di PAUD ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan, salah satunya adalah tentang kriteria pemilihan media yang harus kita perhatikan. Keriteria pemilihan media meliputi hal-hal sebagai berikut :
- Selaras dan menunjang tujuan pembelajaran di lembaga PAUD yang bersangkutan.
- Kesesuaian materi yang diajarkan dengan media yang akan digunakan di PAUD
- Kondisi subyek belajar kondisi ini bisa meliputi; usia.Sosial-budaya,lingkungan, geografis dll.
- Ketersediaan bahan dan alat yang memadai di sekolah/lembaga PAUD ybs
- Mendukung tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
- Biaya yang dikeluarkan seimbang dengan hasil yang akan dicapai.
Nama/Judul Media :
Metamorfosis
Kupu-kupu
|
|
Sasaran :
1. Kelompok Usia 5 – 6 Tahun
|
|
Kemampuan yang dikembangkan :
1. Moral & Nilai-nilai Agama :menyayangi
ciptaan Tuhan, berfikir kritis, percaya diri, kreatifitas dll
|
|
Bahan :
1. Kertas warna
2. Kardus bekas
3. Kerta hvs
|
4. Kacang hijau
5. Sabut kelapa
6. Kertas duplek
|
Alat :
1.
Gunting
2.
Pisau / Cutter
|
3. Lem
4.
spidol
|
Cara membuat :
1. Kardus bekas digunting ukuran 20x20 cm, dan
dibungkus dengan kertas HVS.
|
|
Cara menggunakan :
|
|
Desain gambar :
|
CARA MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN KREATIF UNTUK PAUD
- Tunanetra
- Tunarungu, Tunawicara
- Tunagrahita : Ringan (IQ = 50 - 70), sedang (IQ = 25 - 50), (a.l. Down Syndrome)
- Tunadaksa : Ringan, Sedang
- Tunalaras (Dysruptive) dan HIV AIDS dan Narkoba
- Autis, Sindrome Asperger
- Tunaganda
- Kesulitan Belajar / Lambar Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dysgraphia/Tulis, Dislexia/Baca, Dysphasia/Bicara, Dyscalculia/Hitung, Dyspraxia/Motorik).
- GIFTED : Potensi Kecerdasan Istimewa (IQ > 125) dan
- TALENTED : Potensi Bakat Istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico-mathematic, Visuo-Spatial, Bodily-kinesthetic,Musical, Interpersonal, Natural, Intrapersonal, Spritual) dan
- INDIGO
- Negara-negara peserta mengakui bahwa seseorang anak yang menderita cacat mental dan fisik hendaknya menikmati kehidupan yang penuh dan layak, dalam keadaan-keadaan yang menjamin martabat, meningkatkan percaya diri dan mempermudah peran serta aktif anak dalam masyarakat.
- Negara-negara peserta mengakui hak anak cacat atas perawatan khusus dan akan mendorong dan menjamin pemberian, berdasarkan sumber-sumber daya yang tersedia, kepada anak yang berhak serta mereka yang bertanggung jawab atas perawatannya, bantuan yang diminta dan yang layak bagi keadaan anak dan bagi lingkungan orang tua dan orang lain yang merawat anak.
- Dengan mengakui kebutuhan-kebutuhan khusus anak cacat, bantuan, bila mungkin sesuai dengan paragraph 2 pasal ini akan diberikan secara cuma-cuma, dengan memperhatikan sumber keuangan orang tua atau pihak lain yang mengasuh anak bersangkutan, dan akan dirancang untuk menjamin bahwa anak cacat bisa secara efektif memperoleh pendidikan, pelatihan, pelayanan-pelayanan perawatan kesehatan, pelayanan-pelayanan rehabilitasi, persiapan untuk bekerja dan peluang-peluang untuk rekreasi sedemikian rupa sehingga bisa menjurus kepada keberhasilan anak untuk mencapai integrasi sosial dan pengembangan pribadi sepenuh mungkin, termasuk pengembangan kebudayaan dan spiritualnya.
- Negara-negara peserta akan meningkatkan, dalam semangat kerja sama internasional, pertukaran informasi yang tepat dalam bidang pelayanan kesehatan pencegahan dan tentang perawatan medis, psikologis dan fungsional anak cacat, termasuk penyebarluasan dan pelayanan kejujuran, dengan tujuan memungkinkan negara-negara peserta meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka dan memperluas pengalaman mereka dalam bidang-bidang ini. Dalam hal ini, perhatian khusus harus diberikan kepada kebutuhan-kebutuhan negara-negara berkembang.
PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENURUT PERATURAN DAN UU
PAUD-Anakbermainbelajar---Guru dan pendidik serta mahasiswa PG_PAUD sekalian, Dalam kegiatan dan program pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentunya tidak terlepas dengan kegiatan bermain pada anak. karena dunia anak memang adalah dunia bermain, dengan bermain anak dapat belajar berbagai hal yang dapat mendukung perkembangannya. Apakah hakikat bermain dalam PAUD tersebut? Berikut ulasannya:
Hakikat Bermain
Menurut Seafeld an Barbour aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkan dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk didalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan (Carol Seeefeldt & Nita Barbour : 205). Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imaginatif dan dilakukan dengan segenap perasaan.
Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan bernegoisasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain anak dapat mengekpresikan dan melatih emosi dari pengalaman dan kejadian yang mereka temui setiap hari. Melalui bermain bersama dan mengambil peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau pengikut perilaku yang akan diperlukan saat bergaul ketika dewasa. Dapat disimpulkan bermain menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi dalam mendukung perkembangan dan belajar anak (Carol Cople and Sue Bredekamp, 2006: P. 20). Ini juga alasan mengapa anak usia dini memerlukan waktu bermain lebih besar dalam sepanjang harinya.
Para ahli seperti Johnson, Christie, dan Yawkey 1987; Pieget 1962; Van Hoom et. al. 1993 sebagaimana dikutip Owocki mengamati bahwa perilaku main menjadi makin kompleks dan abstrak saat anak-anak maju sepanjang masa kanak-kanaknya. Kemajuan ini dapat diamati ketika mereka terlibat dala tiga jenis main yakni main Sesorimotor, main peran, dan main pembangunan (Gretchen Owockhi, 1999: p. 8). Tiga jenis main ini akan dilakukan oleh semua anak tanpa memandang ras maupun bangsanya.
Lev Vigotsky, Piaget, Sara Smilansky Piaget (1951, dalam Wolfgang, 1992 : 22 dan Sugiyanto, 1995: 16) berpendapat bahwa anak usia dini (0-8 tahun akan melewati tiga tahapan perkembangan bermain, yaitu:
(1) Sensori motor play/ Practice Play (usia 3/4 bulan-1,5 tahun),
(2) Symbolic/ Make Believe Play (+_ 2-7 tahun), dan
(3) Social Play Games with Rules (+_ 8 - 11 tahun).
1. Pada Sesory motor play/ Practice Play, kegiatan anak sebelum usia 3-4 bulan belum dapat diketegorikan sebagai bermain. Sejak usia 3-4 bulan, gerakan anak telah terlebih dahulu terkoordinasi dan pengalamannya, anak belajar bahwa dengan menarik mainan yang tergantung di atas tempat tidurnya, mainan tersebut akan bergerak dan berbunyi. Kegiatan bermain sensori ini menekankan pada permainan yang berpusat pada gerak motorik anak.
2. Pada tahapan symbolic/ make believe play (bermain pura-pura/ bermain peran/dramatic play), pada umumnya kegiatan anak diwarnai dengan kegiatan bermain khayal dan pura-pura. Anak sudah mulai dan dapat menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau resentasi dari benda lain.
3. Pada tahap social play games with rules, kegiatan bermain sudah menggunakan simbol yang lebih banyak dan dilatar belakangi oleh penalaran, logika dan objektivitas.
Demikian tentang hakikat bermain dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini, semoga bermanfaat. Terimakasih.
Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber.
Akhmad Solihin 16.34.00 PAUD Anakbermainbelajar IndonesiaHAKIKAT BERMAIN DALAM PAUD
PAUD-Anakbermainbelajar---Perencanaan kegiatan pembelajaran sangat membantu pendidik dalam mengarahkan dan mengoptimalkan kegiatan belajar melalui bermain anak sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal pula. Dengan adannya perencanaan kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat menyusun dan mengatur serta memperkirakan kemampuan dasar (tujuan) yang akan dicapai, bentuk dan langkah kegiatan belajar mengajar (termasuk di dalamnya pemilihan dan penggunaan bahan, metode, dan media yang sesuai) serta bentuk dan kegiatan penilaian yang akan dilakukan baik terhadap proses belajar mengajar maupun terhadap pekembangan anak.
Mengingat penting dan sangat bermanfaatnya perencanaan kegiatan pembelajaran maka pendidik harus mengenal, mempelajari serta menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebagai suatu sistem, program pembelajaran harus dilakukan secara teratur dan sistematis. Oleh karena itu sebelum program pembelajaran dilaksanakan maka harus disusun dan dirancang suatu bentuk perencanaan kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan dengan mudah dan efektif serta efisien oleh pendidik PAUD.
Tema adalah alat untuk mengenal berbagai konsep, topik dan ide kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema berfungsi untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu perencanaan yang utuh (holistik), memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik, membuat pembelajaran lebih bermakna dan membantu peserta didik mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Jadi tema merupakan aktualisasi konsep minat peserta didik yang dijadikan fokus perencanaan atau titik awal perencanaan kegiatan pembelajaran tematik.
Pemilihan tema dalam kegiatan pembelajar di PAUD sebaiknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Kedekatan
Kedekatan artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik/anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan peserta didik/anak.
Contoh :
- Bagi PAUD yang lingkungannya dekat dengan pantai, tema rekreasi dapat diangkat lebih dahulu, dan tema tersebut lebih dekat bagi anak daripada tema binatang dan tanaman
- Bagi PAUD yang lingkungannya dekat dengan perkebunan, tema tanaman dan tema pekerjaan dapat diangkat lebih dahulu dan tema tersebut lebih dekat daripada tema binatang
2. Kesederhanaan
Kesederhanaan artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lbih rumit bagi peserta. Apabila contoh tema-tema di atas masih terlalu rumit dan luas, pendidik dapat menentukan tema yang lebih sederhana agar tema dapat lebih efektif dan fokus.
Contoh :
- Tema "lingkunganku", menurut pendidik masih terlalu luas, pendidik bersama anak dapat menentukan tema yang lebih sederhana, misal: Tema "Keluarga".
- Tema "gejala alam", menurut pendidik masih terlalu luas, pendidik bersama anak dapat menentukan tema yang lebih sempit, misal: tema "hujan".
- Tema-tema tertentu yang terlalu rumit dan luas dapat digabung atau diintegrasikan ke tema lain menjadi sub tema, agar tidak terlalu banyak tema.
Contoh :
Tema "lingkunganku" dapat dijadikan tema besar dan bisa dijabarkan menjadi sub-sub tema, contoh:
- Sub tema "Diri sendiri" (nama diri, anggota tubuh, panca indera).
- Sub tema "Keluargaku" (nama anggota keluarga dan tugas-tugasnya).
- Sub tema "Rumah" (bagian rumah, bahan membuat rumah, isi rumah).
- Sub tema "sekolah" (nama dan alamat sekolah, orang-orang yang ada di sekolah).
- Sub tema "Binatang" (binatang didekatku, binatang disekitar tempat tinggalku, binatang di darat, binatang di air, binatang di udara).
3. Kemenarikan
Kemenarikan artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat peserta kepada tema-tema yang kurang menarik minat peserta. Tema-tema tertentu dapat dibuat lebih menarik agar peserta didik tertarik dan tidak akan membosankan.
Contoh: Tema pekerjaan
- Sub tema "Pekerjaan orang tuaku" (misalnya: dokter, polisi, pegawai bank, insinyur, dll), sub tema "cita-citaku" (misalnya: pilot, arsitek, dokter, dll)
- Sub tema "Pekerjaan di sekitar PAUD-ku" (misalnya: pendidik, satpam, tukang ojek, penjual kue, petugas kebersihan, dll)
4. Keinsidentalan
Keinsidentalan artinya peristiwa atau kejadian di sekitar peserta (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu. Keinsidentalan peristiwa perayaan yang ada disekitar peserta didik juga dapat diangkat menjadi tema atau sub tema.
Sesuatu yang insidental dapat diangkat menjadi sub tema "Perayaan atau Special event" dan masuk ke setiap tema yang sudah ada, tujuan agar peserta mendapat pengalaman bermakna pada peristiwa khusus walaupun hanya beberapa hari atau satu minggu.
Contoh :
- Sub tema "sekolah" (Perayaan Ulang Tahun Sekolahku).
- Sub tema "tanaman" (Perayaan Hari Ibu - sekuntum bunga untuk ibu).
- Sub tema "alat komunikasi" (Membuat dan mengirim Kartu Lebaran).
Pemilihan tema-tema yang akan dipakai selama satu tahun pelajaran dilakukan sebelum tahun pelajaran dimulai. Tema-tema yang sudah dipilih dilengkapi dengan rentang waktu pelaksanaan tema. Agar peserta didik dan pendidik dapat melakukan eksplorasi kegiatan secara tuntas melalui wahana tema tersebut.
Rentang waktu pelaksanaan jangan terlalu singkat. Rentang waktu sekitar satu bulan (empat minggu) untuk satu tema, merupakan rentang waktu yang cukup untuk eksplorasi.
Dalam pemilihan dan penetapan tema, terdapat beberapa langkah yaitu :
1. Identifikasi Tema menjadi Sub Tema
Identifikasi Tema menjadi sub tema-sub tema dapat diidentifikasikan di awal tahun pelajaran. Proses identifikasi tema dapat dilakukan oleh pendidik dan peserta didik melalui kegiatan percakapan awal. Pendidik sudah dapat melakukan identifikasi tema sebagai "starting point" perencanaan kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran melalui berbagai pertimbangan, seperti:
- Pengalaman percakapan awal pendidik dengan peserta didik tentang "sub tema hari ini", pendidik dapat mengamati pertanyaan dan jawaban yang sering muncul pada saat percakapan awal.
- Gambar-gambar bebas hasil karya peserta didik
- Topik percakapan peserta didik dengan teman sebayanya.
Tema dalam satu tahun boleh dipersempit tetapi tema tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa tema yang bisa digali dari minat perserta didik menjadi sub tema yang lebih spesifik.
Contoh: Tema "Binatang" dapat diindentifikasi menjadi sub tema Binatang di dekatku, Binatang di sekitar tempat tinggalku, binatang di daratan, Binatang di air dan Binatang di udara.
2. Identifikasi Sub Tema menjadi Sub Tema yang lebih Detail
Sub tema yang sudah dipilih di awal tahun kemudian diidentifikasi menjadi sub tema-sub tema yang lebih detail, kemudian sub tema yang lebih detail tersebut diidentifikasi menjadi kegiatan-kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut otomatis akan terkait dengan tema dan sub tema.
Identifikasi Sub Tema menjadi Sub Tema yang lebih detail :
3. Identifikasi subtema menjadi kegiatan
Subtema yang sudah dipilih diuraikan dan dikembangkan menjadi kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran :
Contoh: Sub tema "Ikan Mas"
CARA MENETAPKAN TEMA DAN SUB TEMA PADA PERENCANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD
- Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri
- Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan.
- Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain.
- Semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya
- Dengan kegiatan bercakap-cakap semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau anak lain.
PENTINGNYA KEGIATAN BERCAKAP-CAKAP UNTUK ANAK TK/PAUD
Sebenarnya usia yang tepat untuk anak mulai belajar Baik Baca, Tulis dan Berhitung (calistung) ini ketika anak sudah berusia 5 tahun. Karena pada usia tersebut anak sudah mulai ada kesiapan daya pikir, kesiapan sikap dalam belajar dan kesiapan motorik halus, terutama pada tangan dan jari-jari untuk menulis.
Sedangkan untuk anak usia 3 tahun (batita) yang sebenarnya masih berada pada tahap perkembangan, kebutuhan utamanya adalah mengembangkan kemampuan fisik-motorik dan kemampuan berekspolasi terhadap lingkungannya serta mengembangkan kemampuan dalam bahasa dan komunukasi, terutama dalam berkomunikasi secara lisan dalam pergaulan sosialnya. Jadi masih belum dibutuhkan untuk diajarkan baca tulis dan berhitung ini. Kalaupun ingin di ajarkan sebaiknya hanya yang bersifat pengenalan dan persiapan dasar, baik membaca, menulis dan berhitungnya, ini pun dilakukan harus dengan cara bermain..bermain dan bermain ya bunda....!!.
Landasan Teori Permainan Berhitung
1. Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget : Anak usia TK berada pd tahapan pra-operasional konkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yg konkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pd interpretasi dan pengalamannya ( persepsinya sendiri ).
2. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung maka ortu dan guru TK harus tanggap.
3. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.
Hurlock(1993) : Bahwa lima tahun pertama dlm kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.Anak yg mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik mapun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugas perkembangan
Konsep bentuk warna, ukuran dan pola
Usia 4 – < 5tahun
- Mengklasifikasikan berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran
- Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yg sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
- Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
- Mengurutkan benda berdasarkan variasi ukuran atau warna
Usia 5 – < 6 tahun
- Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “ lebih dari “ “ kurang dari “ dan “ paling ter “
- Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan ukuran ( 3 variasi )
- Mengklasivikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yg sama atau kelompok yg sejenis atau kelompok berpasangan yg lebih dari 2 variasi
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya
Tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu :
1. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian sesuatu dg menggunakan benda dan peristiwa konkrit, spt pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2. Masa Transisi
Proses berfikir yg merupakan masa peralihan dr pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yg abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Dilakukan guru secara bertahap sesuai dg laju dan kecepatan kemampuan anak secara individual.
3. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep misalnya lambang 7 unt menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah unt menggambarkan konsep warna, besar unt menggambarkan konsep ruang dan persegi empat unt menggambarkan konsep bentuk.
Konsep berhitung yg harus dikenalkan kepada anak :
1. Korespondensi Satu Satu
Pertama mulailah dg mencoba-coba membilang dr tingkatan yg sangat sederhana.contoh : satu buku, satu pensil,dst.
2. Pola
Pola merupakan kemampuan unt memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yg berurutan.
3. Memilah/menyortir/klasifikasi
pengelompokan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis warna,dll.
4. Membilang
Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka yg akan membantu pemahaman anak akan arti sebuah angka.contoh : 1 2 3 4 5 6 7 8………dst.
5. Makna angka dan pengenalannya
Setiap angka memiliki makna dr benda-benda/simbol-simbol= 3 bintang
Dikenalkan pd bentuk-bentuk yg sama/tdk sama, besar kecil dsb.
6. Ukuran
Anak perlu mengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dg cara mengukur langsung sehingga prosesmenemukan angka dr sebuah objek.
7. Dua hal ini merupakan bagian dr proses kehidupan sehari-hari.
Contoh :
Waktu : 1 hari Ruang : Sempit
2 hari Luas
8. Penambahan dan pengurangan
2 hal dapat dikenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi benda.
contoh : Penambahan
4+ 2 =6
contoh : Pengurangan
5- 2= 3
Konsep klasifikasi/pengelompokan
Kegiatan meletakkan benda- benda ke dalam sebuah kelompok dengan cara memilah benda- benda yang memiliki satu atau lebih ciri sama (menyerupai)dan merupakan keterampilan dasar dalam membentuk pola grafik, bangun, ruang dan pengukuran
Jalur Matematika Di TK.
1. Bermain pola
Anak diharapkan dpt mengenal dan menyusun pola-pola yg terdapat disekitarnya.Anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dg kreativitasnya.
2. Bermain Klasifikasi
Anak diharapkan dpt mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dg yg dicontohkan dan tugas yg diberikan oleh guru.
3. Bermain Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dg jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dpt mencocokan sesuai dg lambang bilangan.
4. Bermain Ukuran
Anak diharapkan dpt mengenal konsep ukuran standard yg bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat.
5. Bermain Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dg cara mengamati benda benda yg ada disekitar anak mis lingkaran,segitiga,bujur sangkar, segi empat, segi lima,segi enam,setengah lingkaran,bulat telur (oval).
6. Bermain estimasi (memperkirakan)
Anak diharapkan dapat mengenal kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang.
Perkiraan waktu misalnya:
- Berapa hari biji tumbuh
- Berapa lama kita makan
- Berapa lama anak dapat memantulkan bola
- Berapa ketukan gambarnya selesai
- Perkiraan jumlah. Misalnya berapa jumlah ikan yg ada dalam aquarium.
- Perkiraan ruang misalnya : Berapa anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini.
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan dalam jumlahdan perbandingan dan hasil pengamatan terhadap suatu obyek (dalam bentuk visual).
Prinsip-Pinsip Permainan Berhitung permulaan
1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap.
2. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap.
3. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berprtsp
4. Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan rasa aman.
5. Bahasa yg digunakan seyogyanya yang sederhana.
6. Anak dikelompokkan sesuai dengan tahap penguasaanya.
7. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan harus dimulai dari awal sampai akhir.